Mei 08, 2019

Ramadhan 2019 mengenal kisah sahabat nabi Abdullah bin amr bin haram al anshary ra 2019

*KISAH SAHABAT NABI*



Abdullah Bin Amr Bin Haram Al Anshary Ra
~~~~

Abdullah bin Amr bin Haram atau dikenal dengan nama Abu Jabir, 
adalah sahabat Anshar yang juga pemuka dari bani Salamah, 
termasuk suku Khazraj. Ia adalah ayah dari sahabat yang banyak 
meriwayatkan hadits Nabi SAW, Jabir bin Abdullah. 
Ibnu Amr bin Haram ini termasuk sahabat Anshar yang mula-mula memeluk Islam, 
yakni ketika terjadinya Ba'iatul Aqabah kedua,
 yang dalam peristiwa tersebut, ia ditunjuk sebagai salah satu dari duabelas 
pemimpin kaum Anshar Madinah. Ia juga termasuk dari Ahlu Badar, 
sahabat yang mengikuti perang Badar dan mendapat pujian Allah
 dalam Al Qur'an dan jaminan masuk surga.

Ketika akan berangkat ke perang Uhud, seakan telah 
mendapat firasat menemui syahid, ia berkata kepada 
anaknya, Jabir bin Abdullah,
 "Wahai anakku, sungguh tidak kulihat diriku kecuali aku 
akan menemui ajal dalam pertempuran ini. 
Aku tidak rela ada seseorang yang mencintai Rasulullah SAW, 
yang cintanya lebih besar daripada cintamu kepada beliau, anakku!! 
Selain itu, aku mempunyai hutang, maka lunasilah hutang-hutang tersebut. 
Dan aku wasiatkan agar engkau menjaga saudaramu sebaik-baiknya…..!!"
Dalam perang Uhud, Nabi SAW menempatkan limapuluh orang
 pemanah ulung di atas bukit, yang menjadi titik pertahanan pasukan 
muslimin dari serangan pasukan kaum kafir Quraisy. Abu Jabir termasuk 
dalam pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair ini.
 Nabi SAW berpesan agar mereka tetap tinggal di bukit itu, baik dalam 
keadaan menang atau kalah, kecuali jika beliau sendiri yang memerintahkan 
mereka untuk turun.
Pertempuran berlangsung beberapa lama, 
dan pasukan Quraisy dapat dipukul mundur. 

Mereka berlari meninggalkan gelanggang sekaligus
 meninggalkan barang-barangnya
 terserak di medan pertempuran Uhud. 
Bagaimanapun nyawa lebih penting daripada barang-barang berharga
 yang dibawanya dalam pertempuran. 
Para pemanah di atas bukit tampaknya tergiur dengan barang-barang 
orang Quraisy, dan mereka turun bukit untuk mengambilnya. 

Abdullah bin Jubair berteriak mengingatkan pesan Nabi SAW, 
tetapi mereka mengabaikannya, tinggallah hanya sekitar sepuluh orang,
 termasuk Abu Jabir yang bertahan di atas bukit.
Sekelompok pasukan berkuda Quraisy di bawah pimpinan Khalid bin Walid, 
yang sebenarnya telah cukup jauh meninggalkan Uhud melihat keadaan itu. 
Ia menyadari, kekalahan pasukannya yang lebih besar dan lebih banyak 
jumlahnya tidak terlepas dari peran para pemanah di atas bukit tersebut. 
Dengan berkurangnya kekuatan pertahanan di bukit tersebut,
 Ibnu Walid yakin bahwa ia bisa membalikkan keadaan. 
Maka ia memerintahkan pasukannya bergerak menaiki bukit tersebut.

Ibnu Jubair, Abu Jabir dan sekitar delapan kawannya menghujani mereka 
dengan panah untuk menghadang gerakannya,
 tetapi itu tidak banyak berarti karena panah yang 
mereka lontarkan tak ubahnya gerimis saja. 
Dalam sekejab mereka berhadapan dan terjadilah 
pertempuran tidak seimbang, mereka berjuang
 mati-matian menghambat laju Khalid dengan tombak dan pedangnya,
 tetapi akhirnya mereka semua tewas mengenaskan dengan 
luka-luka yang sangat parah, termasuk Ibnu Amr bin Haram atau Abu Jabir.
Pasukan Khalid bin Walid turun dari bukit dan menyerang pasukan
 muslim sehingga mereka porak poranda. Melihat manuver Ibnu Walid tersebut,
 pasukan Quraisy lainnya segera kembali ke arena perempuran dan 
menyerbu dengan gencarnya sehingga keadaan berbalik jadi kekalahan
 bagi pasukan muslimin, bahkan keadaan Rasulullah SAW sangat kritis,
 beliau terluka parah dan terjatuh ke dalam suatu lubang.
Usai perang Uhud, ketika Nabi SAW dan para sahabat memeriksa jenazah 
para syahid, mereka mendapati wajah Abu Jabir seperti disayat-sayat.
 Memang, dalam pertempuran Uhud ini kaum kafir 
Quraisy seakan melampiaskandendam kekalahannya di perang Badar, 
salah satunya dengan cara merusak jenazah para syahid,
 seperti yang juga terjadi pada jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib, 
paman Nabi SAW.
Jabir bin Abdullah, saudara-saudaranya, dan beberapa kaum 
muslimin lainnya mendatangi Uhud setelah pasukan 
Quraisy meninggalkan arena pertempuran. 
Ia menangisi jazad ayahnya karena keadaannya yang sangat mengenaskan.
 Bahkan Fathimah, putri Nabi SAW sempat menjerit melihat
 keadaan wajah Abu Jabir. Melihat reaksi mereka ini, 
Nabi SAW bersabda, "Janganlah kalian menangis, 
sesungguhnya para malaikat terus menerus menaunginya
 dengan sayap-sayap mereka…!"
Beberapa hari berselang setelah perang Uhud tersebut,
 Jabir bin Abdullah mendatangi Nabi SAW dan mengatakan 
bahwa ayahnya yang telah syahid tersebut meninggalkan 
hutang, dan juga banyak tanggungan keluarga. 
Ia menyangka ayahnya akan terhalang memperoleh 
pahala karena tanggungan yang ditinggalkannya tersebut, 
sebagaimana pernah disabdakan beliau. 
Tetapi Nabi SAW dengan tersenyum bersabda kepadanya, 
"Maukah aku beritahukan kabar gembira tentang apa yang
 dijumpai ayahmu di sisi Allah."
"Tentu, ya Rasulullah, " Kata Jabir.
Kemudian Nabi SAW menceritakan bahwa Allah SWT menjadikan 
Abu Jabir hidup lagi dan mengajaknya berbicara langsung, 
padahal tidak ada seorangpun yang diajak berbicara oleh Allah
 melainkan dari balik tabir. Allah berfirman kepadanya, 
"Wahai hamba-Ku, apa yang engkau inginkan!!"
"Ya Allah," Kata Abu Jabir, "Kembalikanlah aku ke bumi agar
 aku dapat berjuang dan sekali lagi gugur syahid di jalan-Mu…!!"
Allah berfirman kepadanya, "Telah tetap ketentuan-Ku, bahwa
 siapapun yang telah mati, tidak akan dikembalikan lagi ke bumi…!!"
"Kalau memang demikian, Ya Allah, sampaikanlah keadaanku ini
 kepada orang-orang di belakangku,
" Kata Abu Jabir.
Maka turunlah Surah Ali Imran ayat 169-170 
sebagai realisasi permintaan Abdullah bin Amr ini.
 Yakni Allah berfirman, 
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
 di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya 
dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
 karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka 
bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang
 yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap 
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Sebagian riwayat lain menyebutkan, asbabun nuzul ayat tersebut adalah
 kesedihan sebagian besar sahabat karena syahidnya para sanak saudara 
mereka dalam Perang Uhud, dan tubuhnya dirusak oleh
 orang-orang kafir Quraisy. Seolah-olah Allah memberikan hiburan
 kepada para sahabat yang masih hidup, sekaligus memberi motivasi 
dan semangat untuk terus berjihad di jalan Allah.
Abu Jabir dimakamkan dalam satu lubang dengan sahabatnya
 yang juga syahid di Perang Uhud, yakni Amr bin Jamuh. 
Nabi SAW menyatakan bahwa dua orang itu bersahabat 
dan saling sayang menyayangi selagi hidup di dunia, 
sehingga sudah sepantasnya jika mereka tetap bersama dalam satu pemakaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan pesan kritik saran yang membangun.terima kasih