Alangkah Beratnya "Fatwa"*
_Abu Ubaidah As Sidawi_ حفظه الله
Pada zaman sekarang, banyak orang yang berani memikul beban berat di luar kapasitasnya. Banyak orang yang _"setengah matang"_ berani mengeluarkan fatwa dalam masalah-masalah besar, yang seandainya diberikan kepada para ulama, mereka tidak langsung menjawabnya dengan serta merta.
Saudaraku, urusan fatwa masalah agama, terutama masalah-masalah besar yang menyangkut nyawa, negara dan sebagainya, *bukanlah masalah yang enteng*, tetapi masalah yang 'MAHA BERAT', karena dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak, lebih-lebih di zaman sekarang yang serba media, pasti langsung heboh dan viral.
Jika engkau pernah khilaf dalam fatwa, maka segeralah meralatnya dan banyak istighfar kepada Allah -Azza wa Jalla- Jangan pernah malu untuk mengatakan saya tidak tahu, dan jangan pernah malu untuk meralat kesalahanmu.
Suatu saat, Hasan bin Ziyad al-Lu’lui pernah ditanya tentang suatu masalah, ternyata dia salah memberikan fatwa, beliau ingin meralat tetapi tidak mengenal si penanya.
Maka beliau menyewa seseorang untuk mengumumkan kepada manusia : _“Hasan bin Ziyad pernah ditanya hari ini tentang masalah ini dan dia keliru dalam fatwanya. Barangsiapa yang bertanya demikian maka hendaknya dia kembali kepada beliau”._
Dalam masa-masa menunggu itu, beliau tidak berfatwa sehingga bertemu si penanya.
Akhirnya, ketemu juga si penanya tersebut dan Hasan bin Ziyad menyampaikan bahwa dia telah salah dan jawaban yang benar seharusnya demikian.
Ibnul Jauzi berkata : _“Persis dengan ini adalah kisah sebagian guru kami bahwa diantara mereka pernah memberi fatwa kepada seseorang yang tinggal di sebuah desa yang jarak antara keduanya empat farsakh (sekitar 22km)._
_Tatkala orang tersebut pergi, dia berfikir ulang, ternyata dia menyadari bahwa jawabannya keliru. Maka dia pun menyusul si penanya dan menyampaikan bahwa dia keliru._
_Akhirnya, setelah kejadian tersebut, setiap kali dia ditanya suatu masalah, maka dia akan berfikir lama seraya mengatakan : “Saya tidak kuat lagi untuk berjalan empat farsakh?!!”._
(Ta’dzimul Futya, hal 91-92 oleh Ibnul Jauzi, tahqiq Masyhur bin Hasan Salman).
Demikianlah adab ulama Salaf, mereka tidak sombong untuk meralat kesalahan fatwanya sekalipun harus menanggung resiko yang cukup berat.
⚖ Maka bandingkanlah dengan sikap kebanyakan kita pada zaman ini yang begitu mudah berfatwa dan sangat sulit kembali kepada kebenaran!!
WaLlaahul musta'aan...
Sumber :
Akun fb @abu ubaidah as-sidawi
Akun fb @abu ubaidah as-sidawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berikan pesan kritik saran yang membangun.terima kasih